Selasa, 27 November 2012

Sejarah Kelas XI IPA semester 1& 2

Hipotesis Masuk dan Berkembangnya kebudayaan Hindu Buddha ke Indonesia.
 
                   Hipotesis masuk dan berkembangnya agama dan kebuadayaan Hindu Buddha di Indonesia. Hipotesa ini terbagi dalam dua kelompok :
A. Teori Kolonisasi
1.  Hipotesis Waisya
          Hipotesis Waisya dikemukakan oleh NJ Krom dibawa oleh para pedagang yang datang untuk menetap dan menikah dengan orang Indonesia
2.  Hipotesis Ksatria :
a. CC. Berg menyatakan bahwa golongan yang turut menyebarkan kebudayaan Hindu Buddha ialah para petualang yang sebagian besar dari golongan Ksatria. Para Ksatria tersebut ada yang terlibat langsung konflik perebutan kekuasaan di Indonesia.
b. Mookerji menyatakan bahwa para Ksatria ini membangun koloni-koloni yang kemudian berkembang menjadi sebuah krajaan.
c. JL Moens tentang masuknya agama Hindu menyatakan bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh para prajurit disebabkan karena adanya kekacauan politik dan peperangan di India abad ke-4 dan 5 Masehi.Teori penaklukan diekmukakan oleh FDK Bosch.
d.  Hipotesis Brahmana                                                                                
Hipotesis Brahamana dikemukakan oleh JC. Van Leur tentang masuknya pengaruh Hindu Budha di Indonesia  dibawa oleh kaum Brahmana yang mendapat undangan kepala suku yang tertarik dengan agama Hindu.
A.   Hipotesa  Arus Balik
Hipotesis Arus Balik merupakan kritik terhadap ketiga teori kolonisasi tersebut (Waisya, Ksatria, Brahmana) tentang masuknya agama dan kebudayaan Hindu dilakukan oleh bangsa Indonesia yang belajar ke India dan kembali ke Indonesia mengajarkan agama Hindu.
   
Pada dasarnya keempat teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan ksatria dan waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyeberangi laut.
Disamping pendapat / hipotesa tersebut di atas, terdapat pendapat yang lebih menekankan pada peranan Bangsa Indonesia sendiri, untuk lebih jelasnya simak uraian berikut ini.
Hipotesis Arus Balik dikemukakan oleh FD. K. Bosh. Hipotesis ini menekankan peranan bangsa Indonesia dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia. Menurutnya penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh para cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini dalam penyebaran budayanya melakukan proses penyebaran yang terjadi dalam dua tahap yaitu sebagai berikut:
1. Proses penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta Budha atau para biksu, yang menyebarkan agama Budha ke Asia termasuk Indonesia melalui jalur dagang, sehingga di Indonesia terbentuk masyarakat Sangha, dan selanjutnya orang-orang Indonesia yang sudah menjadi biksu, berusaha belajar agama Budha di India. Sekembalinya dari India mereka membawa kitab suci, bahasa sansekerta, kemampuan menulis serta kesan-kesan mengenai kebudayaan India. Dengan demikian peran aktif penyebaran budaya India, tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang Indonesia yaitu para biksu Indonesia tersebut. Hal ini dibuktikan melalui karya seni Indonesia yang sudah mendapat pengaruh India masih menunjukan ciri-ciri Indonesia.
2. Proses penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Menurut aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki golongan Brahmana harus mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastome / penyucian diri untuk menghindukan seseorang.
                Jadi hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut Hindu - Budha ke Indonesia. Beberapa hipotesis di atas menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu - Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung oleh proses perdagangan.
                Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai daerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulawesi Selatan), Jember (Jatim), Bukit Siguntang (Sumatera Selatan). Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad 2 - 5 Masehi. Dan di samping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (KalimantanTimur).

SEMESTER 2 

 A.     Politik etis dan munculnya Golongan Terpelajar Indonesia
Pemerintah Belanda memulai Politik Etis itu pada tahun 1900-an yang ditandai oleh pengangkatan J.B Van Heutsz, sebagai Gubernur Jenderal (1904-1909) dengan penasehatnya Prof. C. Snouck Hurgronye, seorang ahli budaya dan agama yang terkenal.
1.      Trilogi Politik Etis
Isi Politik etis, sebagaimana yang dikemukakan Van Deventer merupakan Trilogi, yaitu irigasi (pengairan), emigrasi / transmigrasi (perpindahan penduduk dari satu pulau kepulau yang lain), dan edukasi (pendidikan).
Politik balas budi yang dicerminkan dalam trilogi Politik Etis itu, menuru Van Deventer dengan pertimbangan sebagai berikut :
a.      Rakyat Indonesia hidup bertani, pemerintah Belanda harus membangun sarana irigasi.
b.      Rakyat Indonesia masih terbelakang, maka pemerintah harus menyebarluaskan penyelenggaraan pendidikan.
c.       Sehubungan dengan diberlakukannya Undang-Undang Agraria tahun 1870, rakyat Indonesia tidak leluasa lagi memperluas lahan pertaniannya di Jawa, karena itu pemerintah harus menyelenggarakan program ransmigrasi dari Jawa ke luar Jawa.
Sejak itu pemerintah Belanda memperogramkan penyebarluasan pendidikan, membangun sarana irigasi, dan tahun 1905 sejumlah orang Jawa dipindahkan keluar Jawa, antara lain ke Lampung dan Deli, Sumatra Timur.
Sebenarnya gagasan Politik Etis yang dicetuskan oleh Van Deventer sangat ideal. Apalagi dengan adanya prinsip mewujudkan kesejahteraan di Indonesia. Namun pada prakteknya dilapangan, penyelenggaraan Politik Etis diselewengkan oleh pemerintah Belanda seiring dengan kepentingan kolonial Belanda di Indonesia. Penyelewengan itu sebagai berikut :
a.      Pendidikan yang dilaksanakan hanyalah pendidikan tingkat rendah, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan pegawai rendahan, mandor-mandor atau peleyan-pelayan yang bisa membaca. Memeng kemudian dibuka sekolah-sekolah menengah, tetapi kebanyakan orang pribumi tidak mampu menikmatinya karena biayanya mahal.
b.      Irigasi hanya dibangun didaerah-daerah yang terdapat perkebunan milik Belanda,dan
c.       Transmigrasi ke luar Jawa, khususnya di Sumatera, hanya dimaksudkan untuk mempermudah pengusaha-pengusaha Barat di luar Jawa memperoleh tenaga kerja.
Dengan demikian Politik Etis yang dilancarkan Van Deventer gagal dalam praktik dilapangan karena pemerintah Belanda tidak memiliki itikad baik untuk menyejahterakan pribumi.
2.      Edukasi dan masa depan Indonesia
Politik Etis yang dicetuskan kaum etis dalam prakteknya telah diselewengkan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Tetapi bangsa Indonesia tetap memperoleh keuntungan. Program edukasi yang dilaksanakan oleh Belanda mampu menumbuhkan golongan terpelajar di Indonesia.
Begitu program Politik Etis mulai dilaksanakan, dibukalah sekolah-sekolah. Untuk anak-anak bumi putera kalangan bawah didirikan Sekolah Dasar Bumi Putra kelas dua (de Tweede Klasse), sekolah yang lama pendidikannya lima tahun ini biayanya sangat mahal. Untuk anak bumi putra kelas menengah didirikan Sekolah Dasar Bumi Putra Kelas Satu (de Eerste Klasse), sekolah ini lama pendidikannya juga lima tahun. Namun, karena Van Heutsz dinilai kurang bermutu dalam bahasa Belanda, maka masa belajarnya diangkat menjadi enam tahun. Untuk anak Eropa didirikan sekolah khusus, yaitu ELS (Europese Lagere School).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar